Tone of Voice Copywriting: Kunci Tulisan yang Memikat
Pernah nggak sih, kamu baca sebuah tulisan yang bikin kamu ngerasa kayak lagi diajak ngobrol sama teman lama? Rasanya hangat, personal, dan langsung connect. Tapi, di lain waktu, ada tulisan yang... ya gitu deh, datar banget. Kayak baca manual blender. Nah, perbedaan besar ini biasanya karena satu hal: tone of voice.
Aku sendiri pertama kali sadar pentingnya tone of voice waktu kerja di proyek copywriting kecil-kecilan buat sebuah brand lokal. Kliennya minta aku bikin tulisan yang "ceria, dekat, tapi tetap profesional." Saat itu aku pikir, ya tinggal tambahin emoji sama kata-kata kayak "Hai, Sobat!" udah cukup, kan? Ternyata... nggak segampang itu, Ferguso!
Setelah beberapa revisi (dan banyak banget kopi), aku mulai paham. Tone of voice itu lebih dari sekadar gaya bahasa atau pemilihan kata. Itu adalah "suara" yang bikin brand kamu terasa hidup dan beda dari yang lain. Bayangin aja, tone of voice adalah kepribadian tulisanmu. Kalau brand kamu orang, dia bakal ngomong kayak gimana?
Jadi, Apa Itu Tone of Voice?
Gampangnya, tone of voice adalah cara kamu berbicara lewat tulisan. Formal atau santai? Serius atau humoris? Bayangkan kamu nulis buat sebuah brand skincare yang fokus ke anak muda. Tone-nya harus santai, relatable, dan mungkin ada sedikit bahasa gaul. Tapi kalau kamu nulis buat firma hukum? Hmm, nggak mungkin dong pakai kalimat kayak, "Bro, yuk selesaikan masalah hukum lo bareng kita!"
Aku pernah bikin kesalahan ini, lho. Waktu itu aku nulis buat perusahaan teknologi B2B, tapi entah kenapa aku kepincut pakai tone yang terlalu kasual. Feedback pertama? “Ini kayak tulisan buat remaja, bukan CEO.” Aduh, malu banget!
Kenapa Tone of Voice Itu Penting?
1. Membangun Koneksi dengan Audiens
Orang suka merasa dimengerti. Kalau tone of voice kamu sesuai dengan target audiens, mereka bakal lebih mudah percaya. Ini mirip banget sama memilih teman—kita lebih nyaman sama orang yang "sefrekuensi," kan?
2. Memperkuat Identitas Brand
Bayangin brand kayak Nike tiba-tiba ngomong lemah lembut kayak perusahaan asuransi. Aneh, kan? Konsistensi tone of voice bikin brand kamu punya karakter yang kuat dan gampang diingat.
3. Membedakan dari Kompetitor
Banyak banget bisnis di luar sana yang mungkin jual produk serupa. Tapi kalau tone of voice kamu unik, itu bisa jadi pembeda besar.
Cara Menemukan Tone of Voice yang Tepat
Nah, ini bagian serunya. Ada beberapa langkah simpel yang bisa kamu coba:
1. Kenali Audiens Kamu
Siapa yang bakal baca tulisanmu? Usia mereka? Minat mereka? Bahasa yang mereka pakai sehari-hari? Aku biasanya bikin "persona" audiens dulu. Misalnya, kalau targetnya adalah mahasiswa, aku bakal pakai bahasa yang santai tapi nggak terlalu formal.
2. Cermati Nilai dan Kepribadian Brand
Brand kamu pengen dikenal sebagai apa? Inovatif, lucu, atau mungkin berkelas? Nilai-nilai ini harus tercermin di tone of voice kamu.
3. Konsisten Tapi Fleksibel
Konsistensi penting banget, tapi jangan kaku. Misalnya, kamu bisa tetap santai saat bikin caption Instagram, tapi lebih serius saat nulis email profesional.
Pelajaran yang Aku Petik
Aku belajar kalau tone of voice itu kayak bumbu masakan. Terlalu banyak, rasanya jadi aneh. Kurang, jadi hambar. Dan sama seperti masak, butuh latihan dan eksperimen. Jangan takut salah, karena dari situlah kamu bakal tahu apa yang paling pas.
Jadi, lain kali kamu nulis sesuatu—baik itu untuk blog, media sosial, atau bahkan email ke klien—coba tanya ke diri sendiri: Apakah tulisan ini terdengar seperti aku? Apakah ini sesuai dengan brand-ku? Kalau jawabannya “ya,” berarti kamu sudah di jalur yang benar.
Oh, dan satu hal lagi. Jangan takut buat coba-coba. Tone of voice itu bisa berkembang seiring waktu, sama seperti kita. 😉
Posting Komentar untuk "Tone of Voice Copywriting: Kunci Tulisan yang Memikat"
Posting Komentar